Wednesday, October 22, 2014

Kisah di Balik Lagu “Christ Is Enough”: Rahasia dalam mengikuti Yesus

Sekitar kurang dari dua ratus tahun lalu, terjadi sebuah kebangunan rohani besar yang melanda kota Wales. Dan, sama seperti kebangunan rohani sejati lainnya, terjadi banyak pengutusan. Dengan hati yang berapi-api, orang-orang percaya ini mengumpulkan milik mereka dan membawa pesan, kabar sukacita, anugerah keselamatan Kristus ke seluruh penjuru dunia.

Banyak yang datang ke India – sebuah tanah yang dikuasai oleh berbagai suku, penyembahan berhala, dan banyak dewa-dewa.


Ini adalah tempat yang berbahaya, khususnya di wilayah timur laut Assam, di mana praktek berburu kepala manusia tumbuh subur. Kepala manusia telah menjadi bentuk mata uang dan simbol kekuasaan dan ketakutan.
Sebagai seorang misionaris dari Wales yang mulai menyebarkan Injil di seluruh Assam, pertobatan sebuah keluarga dapat menimbulkan kontroversi. Pemimpin penduduk lokal menjadi sangat marah kepada keluarga yang telah berani memeluk agama baru yang dibawa masuk oleh orang asing berkulit putih.
Semakin kemarahan pemimpin penduduk setempat meluap dan semakin besar ancamannya, iman dari keluarga tersebut – khususnya kepala keluarga – juga menjadi semakin kuat. Dia mulai mengatakan kepada yang lain mengenai Kristus, dan melihat penduduk lainnya membuat keputusan untuk mengikuti Yesus. Tentu saja, hal ini membuat pemimpin desa tersebut menjadi semakin marah, dan pada suatu hari seluruh penduduk desa diundang untuk menghadiri pertemuan warga. Di hadapan semua orang, pria tersebut dan seluruh keluarganya diperintahkan untuk menyangkali iman mereka.
Tetapi, tidak ada yang melakukan hal tersebut. Sebaliknya, dia mengucapkan kalimat sederhana ini:
“Saya sudah memutuskan untuk mengikut Yesus
Tidak akan berpaling, tidak akan berpaling.”
 “I have decided to follow Jesus
Not turning back, not turning back.”
Hal ini membuat pemimpin desa tersebut menjadi semakin bertambah marah. Dia memerintahkan pemanah untuk membunuh dua orang anak laki-lakinya saat itu juga di sana. Setelah hal itu terjadi, pemimpin warga setempat memerintahkannya untuk menyangkal imannya. Dan lagi, jawabannya menunjukkan iman yang teguh di tengah gelombang ketakutan yang ada:
“Walaupun tidak ada yang mengikutiku, aku akan tetap mengikutiNya
Tidak akan berpaling, tidak akan berpaling.”
 “Though no one joins me, still I will follow
No turning back, no turning back.
Pemimpin desa tersebut memerintahkan untuk membunuh istri dari pria itu. Ketika darah mulai mengalir membasahi tanah, tetap pria itu mengarahkan pandangan imannya kepada Yesus dan berkata:
“Salib di depanku, dunia di belakangku
Tidak akan berpaling, tidak akan berpaling.”
The cross before me, the world behind me
No turning back, no turning back.
Pada akhirnya, sama seperti istri dan anak-anaknya, pria tersebut dibunuh. Yang lainnya hanya memandang dan menunggu takdir mereka. Namun, pemimpin desa tersebut menjadi gusar. Bagaimana pria ini bisa menunjukkan keberanian yang sedemikian rupa? Hal apakah yang membuat Yesus Kristus ini layak untuk kita mati bagiNya? Kuasa apakah yang ditemukan dalam Tuhan yang baru ini?
Dengan tertegun, pemimpin itu jatuh tersungkur ke tanah. Dia telah melihat begitu banyak kematian di hidupnya – namun tidak pernah yang sedemikian rupa. Hanya ada satu pilihan. Dia, dan seluruh penduduk desa juga, akan mengikuti Yesus.
Ketika berbicara mengenai hal mengikut Yesus, kita dapat begitu tergoda untuk membuat segala sesuatunya menjadi rumit. Kita mulai melakukan sebuah penjumlahan. Di mana ketika semua diawali dengan Kristus, maka semuanya menjadi cukup, dan inilah rumusan tersebut:
Kristus + gereja = cukup
Kristus + teman = cukup
Kristus + pelayananan = cukup
Ada pula hal-hal kurang mulia lain yang kita tambahkan selain gereja, teman, atau pelayanan seperti kuasa dan pengaruh, kenyamanan dan kekayaan. Supaya hidup kita menjadi penuh dan membuat kita merasa cukup, kita sudah menyimpang jauh dari rumah.
Namun, selalu ada undangan untuk kembali pulang ke intinya. Selalu. Mengapa? Karena Kristus saja cukup. Kita tidak perlu menambahkan apa pun atau bergantung dengan hal di luar Kristus. Sederhana, kebenaran yang mengubahkan kehidupan, Kristus saja cukup.
Orang terkadang membicarakan rahasia sukses kehidupan, tetapi sesungguhnya bukan rahasia sama sekali. Misionaris dari Wales berkulit putih, penginjil India yang dipaksa menyerahkan nyawanya, dan bahkan pemimpin desa yang berlumuran darah telah menemukan bahwa saat kita bergantung kepada Kristus dan Kristus saja, kehidupan ini semuanya menjadi masuk akal.
Beberapa tahun lalu Gereja diwarnai berbagai percakapan bagaimana untuk hidup radikal. Hari-hari ini kita membayangkan tentang ikatan dan hubungan dan pemuridan. Itu semua adalah hasil yang baik, tetapi kita akan merisikokan semuanya ketika kita hanya fokus kepada rumusan, program, sistem, dan rencana lima-langkah.
Kristus saja cukup. Jika kita hidup hari ini dan besok dengan tiga kata tersebut terbakar dalam hati, bagaimana mungkin dunia tidak akan dapat diubahkan?
Reuben Morgan adalah seorang pastor dalam bidang penyembahan dan satu dari banyak pemimpin pujian penyembahan dan penulis lagu di hillsong Church, Sydney, Australia. Dia telah menulis banyak lagu seperti "Eagles Wings", "Hear Our Praises", "I Give You My Heart", "My Redeemer Lives" and "Mighty to Save", yang memenangkan penghargaan kategori 'Best Worship Song' di 2009 GMA Dove Awards. 
Reuben mencintai gereja dan percaya dia mempunyai tanggung jawab untuk memakai talenta yang sudah Tuhan berikan dalam memimpin pujia dan penyembahan, dan menulis lagu yang mendorong orang banyak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dia percaya bahwa bagian dari panggilan hidupnya adalah untuk memperlengkapi dan melepaskan pengertian yang lebih luas dan besar mengenai penyembahan di seluruh dunia. Reuben menjadi pastor dalam bidang penyembahan di Hillsong sejak 2008, menggantikan Darlene Zschech. Dia menikah dengan Sarah dan mereka mempunyai dua orang anak.
Reuben Morgan adalah seorang pastor dalam bidang penyembahan dan satu dari banyak pemimpin pujian penyembahan dan penulis lagu di Hillsong Church, Sydney, Australia. Reuben mencintai gereja dan percaya dia mempunyai tanggung jawab untuk memakai talenta yang sudah Tuhan berikan dalam memimpin pujian penyembahan, dan menulis lagu yang mendorong orang banyak mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Dia percaya bahwa bagian dari panggilan hidupnya adalah untuk memperlengkapi dan melepaskan pengertian yang lebih luas dan besar mengenai penyembahan di seluruh dunia. Reuben menjadi pastor dalam bidang penyembahan di Hillsong sejak 2008, menggantikan Darlene Zschech. Dia menikah dengan Sarah dan mereka mempunyai dua orang anak.

                                                                         
         (Sumber:  www.WeAreWorship.com and www.penyembah.com)